Dari Masa Ke Masa - Ini Daftar Film Indonesia Adaptasi Novel Terbaik

Daftar film ekranisasi adaptasi novel Indonesia. Daftar terbagi tiga kategori. Pertama Film Klasik yang diambil dari novel klasik abad 19 sampai dengan tahun 1993. Kedua Film Awal Milenium dimulai dari tahun 2000 sampai 2007. Ketiga, kategori film populer dari novel berbagai genre mulai 2008 sampai 2021.

Aug 6, 2021 - 17:59
Aug 14, 2021 - 18:54
 0  164

Dari Masa ke Masa - Ini Daftar Film Indonesia Adaptasi Novel Terbaik

     Alih wahana atau sering disebut ekranisasi novel ke dalam layar lebar banyak digemari oleh penikmat film. Terkadang lantaran malas membaca, alternatif terbaik adalah menonton layar lebar. Hal ini terbukti dengan meledaknya jumlah penonton ekranisasi, bahkan pernah mencapai enam juta penonton (Dilan 1990). Berlandaskan penelusuran ilmiah Crishtopher A. Woodrich (sumber: Bernas.id), diketahui ekranisasi sudah ada sejak tahun 1927 dengan film adaptasi pertama berjudul Eulis Atjih. Novel karangan Joehana ini menjadi film bisu kedua yang diproduksi di Indonesia dan bergenre melodrama. Bila ditotal secara keseluruhan, menurut Christopher produksi ekranisasi tidak kurang dari 240 film antara 197 dan 2014. Dengan demikian, bisa dikatakan total film ekranisasi hingga kini telah mencapai 250-an. Namun kondisi tata kelola peredaran film pra milenial itu sukar dideteksi, sehingga kesulitan menentukan jumlah film yang diproduksi dan penontonnya secara akurat. Pada tahun-tahun berikutnya setelah Eulis Atjih terdapat sederet film, hanya saja data masih terbatas bagaimana beredar dan berapa jumlah penontonnya. Dalam catatan ini, akan dikemukakan data yang ditemukan setelah menelusuri jejak-jejak ekranisasi. Secra informal, ekranisasi film dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni zaman pra milenial yang bisa disebut “Film Klasik” (1927 – 2000), “Film Milenial” (2001 – 2021).

 Film Klasik

1927 - Eulis Atjih (Joehana)

     Jumlah film klasik ekranisasi novel selama masa penjajahan hingga setengah abad kemerdekaan, hanya ditemukan delapan film. Dimulai pada tahun 1927 dengan judul Eulis Atjih dari novel Joehana dengan film berjudul sama. Film ini digarap oleh George Krugers dan merupakan film bisu, yang sebetulnya novel ditulis dengan bahasa Sunda.

1929 – Si Tjonat (F.D.J. Pangemanan)

     Dua tahun berikutnya, seorang sutradara bernama Nelson Wong melirik karya Pangemanan yang berjudul Si Tjonat. Novel yang berbahasa Melayu ini mengisahkan seorang pria pribumi yang kabur ke Batavia setelah membunuh temannya dan menjadi bandit. Nelson Wong bekerjasama dengan sutradara lain, Jo Eng Sek dan menjadikan film bisu ini bergenre laga.

1931 - Boenga Roos dari Tjikembang (Kwee Tek Hoay)

     Pada tahun 1931, film Indonesia kembali diproduksi dengan mengadaptasi novel karangan Kwee Tek Hoay. The Teng Cun menggarap film bisu ini dibawah naungan Cino Motion Pictures. Film ini menceritakan suasana romantis yang rumit dialami dua generasi etnis Tionghoa di Hindia Belanda. Cerita berawal dari Oh Aij Teng yang harus meninggalkan nyai tercintanya (gundik), Marsiti, agar ia bisa menikah.

1975 – Boenga Roos (Remake)

     Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto di tahun 70’-an, produksi film sudah bukan film bisu lagi. Film bisu yang pernah digarap tahun 1935 didaur ulang dengan judul sedikit diubah, yakni berjudul Boenga Roos. Ada yang menyebutkan bahwa film ini baru dirilis pada tahun 1976. Cerita hampir serupa namun aktor dan sutradara berbeda. Pemerannya adalah artis tersohor di eranya, yakni Debby Cynthia Dewi, Yati Octavia dan sebagainya. Adapun sutradaranya adalah Fred Young dan Rempo Urip dan film diedarkan oleh Agasan Film. Nama Oh Aij Teng juga diganti nama Indonesia yakni Wiranta.

1976 - Max Havelaar (Multatuli)

     Max Havelar sendiri merupakan judul novel karangan Multatuli yang terbit tahun 1860. Nama pengarang asli dari novel Max Havelar ini adalah Edward Douwess Dekker dan merupakan karya sastra Belanda yang memelopori gaya tulisan baru di zamannya. Sinopsis film tak jauh berbeda dengan latar di dalam novel. Latar cerita berada di Lebak, Banten tahun 1850-an (referensi: kompasiana). Diceritakan seorang Adipati bertindak semena-mena kepada rakyat Lebak melebihi penjajah Belanda itu sendiri. Rakyat dipaksa menyerahkan hasil sawah dan kerbaunya. Sang Adipati sampai membunuh asisten residen, Pierre Slotering, yang mengingatkannya agar tak semena-mena. Setelah itu asisten residen diganti oleh Max Havelar yang semula bertugas di Manado. Disinilah Max Havelar tidak tinggal diam dengan kewenangan sang adipati yang melampaui batas terhadap rakyat. Film garapan Fons Rademakers ini juga melibatkan beberapa artis pribumi seperti Rima Melati dan Maruli Sitompul.

1977 – Badai Pasti Berlalu (Marga T.)

     Novel yang terbit di tahun 1974 karya Marga T. ini beralih wahana ke sinema tiga tahun kemudian (1977). Kakek-nenek kita mungkin tak akan asing dengan aktor yang memainkannya, antara lain Roy Marten (ayah artis Gading Marten), Christine Hakim, dan Slamet Rahardjo. Film yang bergenre drama ini disutradrai oleh Teguh Karya. Saat ini, karangan Marga T. kembali diadaptasi menjadi sinema elektronik yang dibintangi Michelle Ziudith dan Stefan William. Tentu cerita sinetron dengan Ost. lagu yang dipopulerkan Ariel Noah ini amat banyak perubahan konsep dan disuguhkannya adegan tambahan setiap episode tanpa tahu kapan berakhirnya.

1993 – Oeroeg (Hella S. Haasee)

     Hans Hylkema didapuk sebagai sutradara film ekranisasi dari novel Oeroeg yang terbit setahun sebelum Indonesia merdeka. Novel karangan Hella ini ditulis dengan bahasa Belanda. Novel ini berkisah tentang persahabatan seorang anak Belanda dan Indonesia di era penjajahan. Adapun pemeran filmnya sebagian besar artis keturunan Belanda termasuk tokoh utamanya si Oeroeg dibintangi oleh Joris Putman. Sedangkan artis lokalnya antara lain Ayu Azhari sebagai Satih dan Jose Rizal Manua sebagai Deppoh. Film ini juga beredar di manca negara dengan judul internasional, Going Home (1993).

Film Milenial

2003 – Eiffel… I’m in Love (Rachmania Arunita)

     Pada era awal millenium, tata kelola edar film jadi kentara secara angka. Pada masa ini, muncul film-film yang menepis dominasi horor murahan di jagat tanah air. Standar perfilman digarap menjadi lebih apik dan ikonik. Pada tahun 2002, pasangan ikonik disematkan kepada Nicholas Saputra sebagai Rangga dan Dian Sastro sebagai Cinta. Sedangkan dari sisi ekranisasi novel, tahun 2003 pasangan ikonik berikutnya adalah Adit dan Tita yang berhasil diperankan dengan baik oleh Sandy Aulia dan Samuel Rizal. Novel karangan Rachmania Arunita ini berhasil mencuri perhatian industri perfilman untuk mengadopsi novel-novel lainnya. Sebut saja Eiffel… I’m in Love ini berhasil menjadi pelopor ekranisasi di era awal millennium dan mengklaim raihan 2.000.000 penonton.

2005 – Dealova (Dyan Nuranindya)

     Kesuksesan ekranisasi film Eiffel.. I’m In Love yang bertemakan remaja sesuai genre novelnya, menjadi pemantik rumah produksi Flix Pictures untuk mengangkat tema yang sama. Film genre remaja ini disutradarai oleh Dian Sasmita. Tidak hanya judulnya yang mudah diingat, soundtrack filmnya pun masih popular hingga masa kini, yang dinyanyikan dengan elegan oleh Once.

2006 – Cinta Pertama (Okke Sepatu Merah)

     Artis Ben Joshua kembali memerankan tokoh utama pria dalam film Cinta Pertama (2006). Sehingga film ini juga digandrungi para remaja, dan selaris novel dari Okke Sepatu Merah ini. Aktor duetnya adalah Bunga Citra Lestari (BCL) sekaligus menjadi penyanyi soundtrack film dengan judul lagu yang mudah dicari dan renyah bila diputar kembali di era sekarang. Film ini serupa dengan novelnya meski tidak terlalu sama tiap adegan, mengisahkan seorang cewek yakni Alya (BCL) terbaring koma di rumah sakit. Calon suaminya si Abi (Richard Kevin) menemukan buku harian Alya dan membacanya. Keinginan terpendam Alya adalah bertemu kembali dengan Sani, dan diketahui bahwa Alya belum pernah sempat ditanya tentang siapa cowok pertama yang disukainya semasa SMA. Tentu Sisi, istri dari Abi terpaksa mengizinkan Sani menemui Aya yang koma itu. Meskipun pada akhirnya, Alya menghela napas terakhir, setidaknya Abi telah tahu siapa cinta pertama Alya yang tak bisa Alya lupakan. Pesan moral film ini, jangan pendam cinta sendirian barangkali yang dicintai juga memiliki perasaan yang sama.

2007 – Kamulah Satu-satunya (Tiffani Hwang)

     Film ekranisasi berikutnya rilis setahun kemudian, yakni Kamulah Satu-satunya (2007). Film yang bergenre komedi ini diperankan oleh Nirina Zubir dengan baik. Novel karangan Tiffani Hwang diangkat ke layar lebar dengan tujuan tokoh utama sama. Tujuan tokoh utama yakni Indah adalah bertemu grup musik idolanya (Dewa 19).  Suatu ketika, harapan untuk bisa bertemu dengan grup favoritnya datang. Ada sebuah kuis yang bisa mempertemukan para fans dengan Dewa 19. Dibantu oleh Bowo (Junior) yang diam-diam menyukai Indah, mereka berusaha mengirimkan kupon kuis tersebut. Meskipun film garapan Hanung Bramantyo ini bergenre komedi, film ini berhasil memboyong sederet prestasi “Film Terbaik” di ajang Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2007. Dalam ajang FFI, selain memenangkan kategori Film Terbaik, Kamulah Satu-satunya juga mendapat penghargaan dalam kategori Aktris Terbaik (Nirina Zubir), Sutradara Terbaik (Hanung Bramantyo), Skenario Cerita Asli Terbaik (Raditya, Key Mangunsong, Hanung Bramantyo), Penata Artistik Terbaik (Allan Bastian), dan Penata Musik Terbaik (Bongky BIP).

Film Milenial

2008 – Lima Film

Drop Out (Arry Rusaf Arisandi)

     Semenjak film Kamulah Satu-satunya menyabet segudang prestasi, munculah alih wahana lain bergenre komedi. Artis yang membintangi film D.O. Drop Out yang diadaptasi dari buku berjudul sama ini adalah Ben Joshua. Aktor yang digandrungi pada awal millennium karena aktingnya yang memukau. Namun kali ini Ben Joshua berperan sebagai Jemi, si anak kuliahan. Alur cerita film Ben kali ini amat dewasa. Masih ada pesan moral dari film garapan Winaldha E. Malatoa ini. Pesan moralnya adalah pentingnya pendidikan seks sejak dini bagi semua orang agar terhindar dari seks bebas, apalagi di masa dewasa awal.

Lost In Love (Rachmania Arunita)

     Film ini adalah lanjutan dari Eiffel… I’m in Love dengan pasangan ikonik Adit dan Tita. Pemeran dalam film ini sama sekali berbeda, dan diperankan artis yang lebih muda seperti Pevita Pearce sebagai Tita, dan Richard Kevin sebagai Aditnya. Bagaimanapun, film ini telah mendapatkan beberapa nominasi di ajang FFI tahun 2008. Dimana Pevita Pearce mendapatkan nominasi aktris terbaik, dan Rahmania (pengarang sekaligus penggarap) dinominasikan sebagai sutradara terbaik. Kisahnya dimulai dari pertunangan Adit dan Tita yang sengaja diputus secara sepihak oleh Tita karena karakter Adit (Richars Kevin) yang dingin dan kurang perhatian. Tita ingin berlibur mandiri tanpa dijaga siapapun di Paris dan nyatanya tersesat di sana. Kelanjutan kisah ini terhubung dengan Eiffel… I’m in Love 2 (2018) yang kembali diperankan oleh Sandy Aulia dan Samuel Rizal.

Summer Breeze (Orizuka)

     Film ini merupakan adaptasi dari novel Summer Breeze: Cinta Nggak Pernah Salah karya Orizuka (nama pena dari Okke Rizka Septania). Singkatnya, film ini bercerita tiga remaja yang terlibat cinta segitiga. Saudara kembar yakni Ares (Mischa Chandrawinata) dan Orion (Marcel Chandrawinata) mencintai Reina (Chelsea Olivia) sahabat masa kecilnya.

Laskar Pelangi (Andrea Hirata)

     Film Laskar Pelangi (2008) erkanisasi karya Andrea Hirata ini selaris penjualan novelnya. Rentetan prestasi didulang oleh film garapan Riri Riza. Sutradara yang terkenal dengan eksekusi ciamiknya dalam film ikonik yang berkisah Rangga dan Cinta tahun 2002 silam. Tak hanya di dalam negeri, film ini juga berjaya di kancah internasional. Di dalam negeri sendiri, ajang Indonesian Movie Award tahun 2008 Laskar Pelangi menyabet penghargaan Pemeran Utama Wanita Terbaik (Cut Mini), Pemeran Utama Pria Terbaik (Ikranegara), Pendatang Baru Terfavorit (Zulfanny), dan Film Favorit. Sedangkan dari Asian Film Award menyabet film terbaik dan editor terbaik (Waluyo). Jumlah penonton film terbukukan mencapai 4.600.000 penonton.

Ayat – Ayat Cinta (Habiburrahman El Shirazy)

     Diadaptasi dari Novel Habiburrahman El-Shirazy, film dibawah garapan Hanung Bramantyo sukses mencapai tak kurang dari 3.800.000 penonton. Lagu-lagu religi yang merupakan soundtrack filmnya pun amat laku di pasaran terutama Rossa dan Sherina. Pada tahun 2008, film-film bernuansa islami pun mulai digemari publik. Film Ayat-ayat Cinta mencetak rekor MURI sebagai film islami dengan jumlah penonton terbanyak kala itu.

2009 – Lima Film

Kambing Jantan (Raditya Dika)

     Siapa yang tak kenal dengan artis komedian bernama Raditya Dika. Artis multi talenta yang bisa berperan sebagai aktor utama, sutradara, sekaligus penulis novelnya sendiri. Kambing Jantan (2009) merupakan film pertama Raditya Dika yang dirombak habis dari buku pertamanya, dan menjadi pelopor film absurd bang Radit lainnya. Film komedi yang tak menonjolkan kekerasan ini sukses menarik peminat. Sehingga di film-film ekranisasi novel darinya yang lain berhasil melenggang di layar lebar.

Ketika Cinta Bertasbih – Part I dan II (Habiburrahman El Shirazy)

      Novel religi karya Habiburrahman El Shirazy kembali beralih wahana ke laya lebar pada tahun 2009, dengan dibagi menjadi dua bagian. Ketika Cinta Bertasbih – Part I tayang pada Juni. Sedangkan bagian dua menyusul tiga bulan kemudian. Total penonton kedua film ini mencapai 4.500.000 penonton dimana tiga juta dari bagian satu sisanya perolehan bagian dua.

Sang Pemimpi (Andrea Hirata)

     Novel tetralogi Andrea Hirata, yang berhasil diekranisasi adalah tiga dari empat karya. Selain Laskar Pelangi (2008), Sang Pemimpi (2009) juga mendulang keberhasilan dalam raihan penontonnya. Film ini tetap disutradarai oleh orang sama yang menggarap Laskar Pelangi, yakni Riri Riza. Jumlah penonton mencapai 1,9 juta orang. Film ini berkisah tentang Ikal (di Laskar Pelangi) yang sudah beranjak remaja, bersekolah dengan Arai kakak sepupu yang hidupnya sebatang kara. Arai (Rendy Ahmad) memiliki mimpi untuk menjelajahi dunia, dan mencicipi altar ilmu di Sorbonne – Paris bersama Ikal (Vikri Septiawan). Lantas mimpi Arai (Lukman Sardi) dan Ikal (Ariel Noah) ini terwujud dengan cara yang berbeda. Kata-kata yang ikonik dalam fim ini kurang lebih demikian, “Tanpa mimpi, orang-orang seperti kita akan mati.”

Pintu Terlarang (Sekar Ayu Asmara)

     Melansir wikipedia, Pintu Terlarang merupakan film yang disutradari Joko Anwar. Film ini kurang mendapat tanggapan positif di Indonesia tetapi mendapatkan sambutan baik saat perilisannya di banyak festival Internasional.

2010 – Dalam Mihrab Cinta (Habiburrahman El Shirazy)

     Film Dalam Mihrab Cinta (2010) adalah satu-satunya film ekranisasi yang tanpa pesaing. Pasalnya hanya satu film bergenre religi yang diadaptasi dari novel, dan taka da film susulan dari novel lintas genre hingga pengujung tahun. Film ini digarap sendiri oleh pengarang novelnya. Tak lain dan tak bukan adalah  Habiburrahman El Shirazy. Berkisah seorang pemuda yang bertobat dan lari dari amukan masa, di suatu kota selama buronan ia menjadi seorang ustaz dan akhirnya menemukan hidayahnya. Film ini menyedot 623.105 penonton seluruh tanah air.

2011 – Empat Film

Hafalan Shalat Delisa (Tere Liye)

     Tere Liye, penulis kawakan yang menelurkan banyak karya ini berhasil membuat rumah produksi Starvision Plus mengadaptasinya ke layar lebar. Film yang berangkat dari kisah nyata 26 Desember 2004, Tsunami yang menggulung Aceh. Cerita berkisah tentang Delisa yang tinggal di Lhok Nga- desa kecil tepi pantai- menjadi penyintas dari benca dahsyat itu.

Sang Penari (Ahmad Tohari)

     Film Sang Penari merupakan ekranisasi dari novel peraih penghargaan karya terbaik DKJ- Dewan Kesenian Jakarta. Judul filmnya berbeda dengan novel aslinya yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk dari Sastrawan tersohor Ahmad Tohari. Banyak yang beranggapan, eksekusi dan penggantian judul yang membuat fi mini terasa asing dan sepi peminat. Hingga turun layar, film yang dinominasikan di Oscar 20011 ini jumlah penontonnya tetap tak sampai target produser, yakni satu juta penonton. Secara umum, seluruh daftar film tahun 2011 memang tak ada yang mencapai satu juta penonton.

Surat Kecil untuk Tuhan (Agnes Davonar)

     Film lain di tahun ini yang mengangkat kisah nyata adalah Surat Kecil Untuk Tuhan (2011). Diangkat dari novel karangan Agnes Davaonar, mengisahkan seorang gadis remaja yang berjuang melawan kanker ganas dalam tubuhnya. Nama lengkap asli gadis remaja yang diangkat ke layar lebar itu adalah Gita Sesa Wanda Cantika.

Dibawah Naungan Ka’bah (Buya Hamka)

     Film Indonesia ekranisasi yang terakhir di tahun ini adalah Dibawah Naungan Ka’bah (2011). Film ini bergenre islami, dan berharap ekranisasi karya ulama Buya Hamka ini bisa berhasil sebagaimana karya Habiburrahman. Namun pada tahun mendatang, erkanisasi karangan ulama Buya Hamka sangat laris di pasaran (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck).

2012 – Tujuh Film

5 CM (Donny Dhirgantoro)

     Film Indonesia adaptasi novel karya Donny Dhirgantara ini sukses mencuri perhatian pecinta Film Indonesia. Adapun prestasinya, ialah menjadi film terlaris sepanjang masa di tanah air. Jumlah peminatnya mencapai 2.400.000 penonton. Dibintangi oleh aktor Herjunot Ali sebagai Zafran, Fedi Nuril, Saykoji, Raline Shah, Denny Sumargo dan juga Pevita Pearce.

Cinta Suci Zahrana (Habiburrahman El Shirazy)

     Karya Habiburrahman El Shirazy kembali dilirik oleh produser film. Cinta Suci Zahrana (2012) disutradarai oleh Chaerul Umam. Berkisah sosok Zahrana, wanita pertama di Indonesia yang mendapat penghargaan Internasional dalam bidang arsitek. Masalah datang saat usia Rana yang semakin menua, tetapi dia belum menikah. Akhirnya bertemu kekasih halal, tak dinyana adalah mahasiswanya sendiri.

Habibie & Ainun (B.J. Habibie)

     Tahun 2012 ini peraih penonton terbanyak disematkan kepada film adaptasi novel biografi B.J. Habibie. Film ini berhasil menjadi salah satu film Indonesia terlaris dengan capaian 4.600.000 penonton. Dimainkan secara apik oleh Reza Rahadian sebagai Habibie dan Bunga Citra Lestari sebagai Ainun. Ketiga film biografi Habibie, disutradari oleh tiga orang yang berbeda. Dimana pada film pertama ini digarap oleh Faozan Rizal dibawah naungan dan peredaran film MD Pictures.

Negeri 5 Menara (A. Fuadi)

     Novel bertema religi karya A Fuadi, pada tahun 2012 ini dialih wahana menjadi film. Kisah lima anak yang bersahabat semenjak di Pesantren Gontor, memiliki mimpi-mimpi masing-masing untuk melalang negeri lima menara. Mereka bertemu kembali dengan raihan mimpi itu. Moto hidup dalam film ini jadi melegenda, man jadda wa jada yang artinya barangsiapa bersungguh-sungguh, akan menuai hasil. Jumlah penonton menyentuh angka lebih dari 750 ribu penonton (772.397).

Perahu Kertas 1 dan 2 (Dee Lestari)

     Tahun 2012 ini merupakan debut novel karya Dee Lestari menjadi layar lebar. Perahu kertas dibintangi oleh artis-artis terbaik, sehingga baik film maupun novelnya telah mendulang sukses yang signifikan. Total raihan kedua film mencapai 990 juta penonton jika dibulatkan, sumbangan dari bagian pertama (596.231) dan bagian kedua (393.653).

Radio Galau (Bernard Batubara)

     Film Radio Galau (2012) ini mengadaptasi dari buku serial komedi karya Bernard Batubara. Tidak raihan prestas yang signifikan dari film ini. Namun ada pesan moral yang suskes dirangkum dan bisa didapat bila sempat menonton filmnya. “Kesempurnaan bukanlah segalanya dan hargai proses berbenah diri orang lain.”

2013 – Delapan Film

99 Cahaya di Langit Eropa (Hanum)

     Promosi film ini sangatlah luar biasa. Mengunggulkan novel best seller karya Hanum yang menjadi tokoh utama dalam novel dan filmnya sendiri. Novel ini menjadi novel terfaforit pilihan pembaca tahun 2013.

Moga Bunda Disayang Allah (Tere Liye)

     Karya Tere Liye kembali diangkat menjadi layar lebar. Kisah dalam film Moga Bunda Disayang Allah (2013) ini menceritakan seorang pemuda (Fedi Nuri) yang kehilangan seorang anak yang diasuhnya karena terjangan badai seingga kapal yang ditumpanginya karam. Dia kembali berurusan dengan anak asuh lainnya, yang bisu, tuli dan buta. Seorang anak yang membutuhkan pertolongan untuk mengenal dunia.

Cinta Brontosaurus (Raditya Dika)

     Film ekranisasi novel komedian Raditya Dika kembali mengocok perut dengan komedi cinta yang sangat tragis. Novel kedua bang Radit yang berhasil alih wahana ke bioskop. Humor garing di dalam film sudah menjadi guyonan khas ala bang Radit.

Cinta Dalam Kardus (Anom Kiskenda)

     Film ini bercerita tentang Miko ( Raditya Dika ), orang yang percaya bahwa cinta itu menuntut dan tidak pernah bisa menerima seseorang apa adanya. Namun film ini bukan ekranisasi dari novel karangan bang Radit melainkan dari pengarang lain yakni Anom Kiskenda, dan seknario filmnya baru bang Radit yang menulisnya.

Edensor (Andrea Hirata)

     Film adaptasi dari novel terbaik tetralogy Andrea Hirata. Sampai tahun ini (2021), hanya ada tiga ekranisasi tertralogi novenya yang diangkat ke layar lebar. Usut punya usut, mungkin karena sutradara bukan Riri Reza lagi, walaupun aktor utama tetap Lukman Sardi ternyata tak bisa menyelamatkan film ini dari sepinya penonton. Mungkin juga karena Ariel Noah tak lamnjut berperan sebagai Arai.

Manusia Setengah Salmon (Raditya Dika)

     Bang Raditia Dika yang guyonan karyanya garing tetapi bisa mengundang terbahak-bahak penonton, film yang cukup diminati tahun ini. Bang Radit produktif, saking produktifnya sampai membintangi film genre komedi hingga tiga film setahun, fim Manusia Setengah Salmon (2013) salah satunya.

Refrain (Winna Efendi)

     Novel best seller remaja karangan Winna Efendi yang bertajuk Refrain turut difilmkan tahun ini. Film Refrain (2013) bergenre drama romantis ini berkisah dua sahabat yang terpisah setelah sejak kecil selalu bersama, diceritakan dengan sajian yang menarik dengan durasi hampir 90 menit. Artis yang berperan yaitu Afgan (sebagai Nata), Maudi Ayunda (Niki, sahabat Nata) dan orang ketiga dari persahabatan mereka, yaitu Chelsea Islan (sebagai Annalise).

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (Buya Hamka)

     Film kedua Pevita Pearce yang diangkat dari novel adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (2013), dan merupakan salah satu film terlaris sepanjang masa. Disturadari oleh Sunil Soraya, dengan sentuhannya romantika film in tersajikan dengan amat apik. Pevita Pearce berperan sebagai Hayati dan ia sangat bagus memerankannya. Film ekranisasi novel karya ulama Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) ini berhasil mengaduk-aduk emosi penonton. Mengambil latar tahun 1930 di Sumatera dan Pulau Jawa. Pemeran lainnya yang juga artis papan atas adalah Herjunot Ali (Zainudin), dan Reza Rahadian (Suami Hayati). Film ini  meraih 1.724.000 penonton, dan tayang ulang di tahun 2014 versi extended.

2014 – Empat Film

99 Cahaya di Langit Eropa 2 (Hanum)

     Kesuksesan film bagian pertama yang meraih 1.200.000 penonton, Film bagian kedua mengundang penasaran penonton untuk setia mengikuti kelanjutan kisah Hanum dan Rangga. Pada bagian pertama, pihak produksi Maxima Pictures sengaja memotong adegan terakhir dan bersambung di bagian kedua. Adapun durasi filmnya 97 menit dan film bagian pertamanya 100 menit.

Marmut Merah Jambu (Raditya Dika)

     Film Bang Radit rilis lagi di tahun ini. Kekocakan yang tak terlalu ektsrem serta guyonan garingnya masih melekat di film Marmut Merah Jambu (2014) ini. Memanglah ciri khas Bang Radit jika sedang berakting, terlihat datar. Bagaimanapun film ini menjadi film detektif komedi yang sangat keren. Walau berangkat dari buku karangannya, tetapi sama dengan film ekranisasi Raditya Dika lainnya, yakni terjadi perombakan besar-besaran pada skenarionya. Film ini meraup 640 ribu penonton sepanjang penayangan di bioskop.

Remember When (Winna Efendi)

     Kisah remaja selalu seru untuk diulik. Novel karangan Winna Efendi menyajikan konfilk sederhana namun dapat diangkat menjadi film yang menarik. Remember When (2014) berkisah tentang remaja SMA, Freya (Michelle Zudith) yang selingkuh dengan Adrian (Maxime Bouttier). Setelah lulus sekolah, Freya yang lugu menjadi perempuan yang berani melakukan apa yang ia takuti dulu. Ketika kuliah di luar negeri, ternyata Adiran menyusulnya dan memberitahu bahwa hanya dia yang dicintai.

Supernova (Dee Lestari)

     Pada tahun 2002, Dee Lestari berani mengusung novel bergenre yang berbeda dalam dunia sastra Indonesia. Genre cerita berbingkai adalah hal yang rumit untuk diusung, tetapi dalam novelnya dapat diramu menjadi bacaan yang ringan. Genre dalam film pun menjadi drama fantasi, campuran antara roman dan sains. Ada dua dunia yang disuguhkan dalam film ini. Dunia pertama  adalah dunia Reubben (Arifin Putra) dan Dimas (Hamis Daud), dua sosok gay yang menulis prosa. Dunia kedua adalah dunia prosa itu sendiri.

2015 – Empat Film

Magic Hour (Stanley Muelen dan Tisa TS)

     Jumlah penonton film Magic Hour (2015) mencapai tak kurang dari 860.000 penonton. Film garapan Asep Kusnidar ini menjadi salah satu film terlaris di tahun 2015. Michelle Zudith kembali berperan dalam kisah cinta segitiga setelah sebelumnya sukses membintangi film Remember When.

Surga yang Tak Dirindukan (Asma Nadia)

     Novel karangan Asma Nadia diangkat menjadi film terlaris di Indonesia. Jumlah penontonnya secara rinci terdata, mencapai 1.532.790 penonton. Film ini menduduki peringkat teratas, dengan perolehan jumlah penonton terbanyak sepanjang tahun. Dibintangi oleh Fedi Nuril dan Laudya Cynthia Bella, serta chemistry yang bagus membuat film ini mampu memikat hati penontonnya.

Relationshit (Alitt Susansto)

     Buku komedi yang bisa dibilang semi novel ini adalah bacaan ringan yang mampu diangkat menjadi film. Film Relationshit (2015) berkisah tentang pengarangnya sendiri yakni Alitt. Alitt (diperankan oleh Jovial da Lopez) seorang penulis yang ditinggal kekasihnya. Ketika si Supri temannya yang suka menghibur kejombloannya, malah Supri mendapatkan pacar. Tambah nelangsalah hidupnya. Sampai akhirnya Alitt ketemu dengan Vivi (Natasha Wilona) dan menjalin asmara. Namun kejadian kocak sepanjang film mengalahkan adegan romantisnya.

Bulan Terbelah di Langit Amerika (Hanum)

     Kisah Hanum dan Rangga di film 99 Cahaya di Langit Eropa, kembali diangkat menjadi film namun berlatar benua lain. Diadaptasi dari kisah nyata Hanum sendiri, menceritakan pengalamannya selama berada di Amerika. Jumlah penggemar kisah Hanum dan Rangga di film ini mencapai 917.865 penonton.

2016 – Delapan Film

Ketika Mas Gagah Pergi (Helvy Tiana Rosa)

     Sastra islami yang lahir dan terbit tahun 1997 karya Helvy Tiana Rosa dialih wahanakan pada tahun 2016 menjadi film. Pendiri Forum Lingkar Pena ini memperjuangkan agar film tak dirombak alias sesuai dengan isi cerita yang ditulisnya. Ceritanya bagus dan amat menyentuh hati.

Pesantren Impian (Asma Nadia)

     Asma Nadia adalah penulis produktif yang lahir dari Forum Lingkar Pena yang didirikan Helvy Tiana Rossa itu. Setelah karyanya, Surga Yang Tak Dirindukan rilis, film ekranisasi berikutnya adalah Pesantren Impian. Jika mencari horor islami tanpa menampilkan hantu dan kesadisan pembunuhan, ini film yang layak untuk dinikmati. Film ini digarap oleh Ifa Ifansyah dibawah naungan MD Pictures.

My Stupid Boss (Chaos Work)

     Film yang paling menyebalkan sesuai dengan isi novelnya diperankan secara apik oleh Reza Rahadian (Bos) dan Bunga Citra Lestari sebagai sekretarisnya (Diana). Meskipun film komedi yang bikin geram bila ditonton, justru penontonnya membludak. Hingga turun layar, jumlah penonton mencapai 3.050.0000 penonton.

Rudie Habibie (B.J. Habibie)

    Rudie Habibie (2016) adalah sekuel dari film sebelumnya, Habibie & Ainun (2012) yang layak utuk ditonton. Reza Rahadian kembali memerankan tokoh penting di Indonesia. Kisahnya dimulai sejak Habibie kecil hingga mendapat panggilan ilmuwan “Mister Crack” oleh orang-orang Eropa. Film ini sesukses pendahulunya,  dan tembus dua juta penonton.

Sabtu Bersama Bapak (Adhitya Mulya)

    Novel karya Adhitya Mulya ini beralur maju mundur. Begitu pula ketika diangkat ke layar lebar. bercerita tentang perjalanan hidup sebuah keluarga tanpa seorang ayah. Tokoh Bapak di sini diceritakan telah meninggal dunia akibat kanker. Mengetahui bahwa hidupnya tidak akan lama lagi, Bapak memutuskan untuk membuat ratusan kaset berisi video dirinya seolah sedang berkomunikasi dengan istri dan kedua anaknya, Satya dan Cakra. Film ini berhasil meraih 639.000 penonton.

 Koala Kumal (Raditya Dika)

     Film Koala Kumal (2016) disutradari Faja Nugros. Novel ditulis dan film diperankan sendiri oleh Raditya Dika. Film ini sesukses film sebelumnya yang disutradarai Bang Radit yaitu Single (2015), Marmut Merah Jambu (2014), dan Hangout (2016). Lagi-lagi film Raditya Dika sukses. Film yang juga dibintangi Shreyl Sheinafia ini tembus 1,8 juta penonton.

Winter in Tokyo (Ilana Tan)

     Film Winter in Tokyo (2016) sama dengan latar di novel karya Ilana Tan, menampilkan bagaimana kehidupan bangsa Jepang.            Budaya dan kehidupan sehari-hari amat kental dalam novelnya juga disuguhkan dengan baik dalam film ini. Bercerita seorang gadis blasteran Jepang-Indonesia bernama Ishida Keiko yang jatuh cinta Kazuto, padahal Kazuto mencintai gasdis lain.

Bulan Terbelah di Langit Amerika 2 (Hanum)

     Film ini masih merupakan lanjutan dari prekuelnya. Tetap menceritakan kisah Hanum dan Rangga di Benua Amerika. Mengisahkan sudut pandang non muslim menyikapi agama islam. Raihan penonton sebanyak 582.487 penonton.

2017 – Enam Film

Ayat – Ayat Cinta 2 (Habiburrahman El Shirazy)

     Sebuah kejutan bagi penikmat sastra islami karya Habiburahman El Shirazy. Novel kedua, kelanjutan kisah Aisha (yang kini diperankan Dewi Sandra) dan Fahri (Fedi Nuril) yang terpisah lantaran Aisha sempat menjadi relawan di Palestina dan menghilang. Jumlah penonton film ini berada di urutan tiga besar sepanjang tahun dimana posisi pertama diduduki oleh Pengabdi Setan dan Warkop DKI Part 2. Adapun jumlah penonton film garapan Suntur Soehardjanto ini meraih 2.80.159 penonton.

Hujan Bulan Juni (Sapardi Djoko Damono)

     Tahun ini adalah debut film erkanisasi dari sastrawan kawakan kebanggan Indonesia, Sapardi Joko Damono. Novel yang berjudul sama diangkat ke dalam sinema, dibawah rumah produksi Starvision Plus dan disutradari oleh Reni Nucahyo H. Saputra. Adapun pemerannya antara lain Velove Vexia (sebagai Pingkan) dan Adipati Dolken (Sarwono).

A: Aku, Benci, dan Cinta (Wulanfadi) & Dear Nathan (Erisca Febriani)

     Berangkat dari Watpadd, dua novel Wulanfadi yang terkenal ini diangkat menjadi film. Artis yang berperan dalam film ini juga taka sing dan sedang digandrungi. Adalah Jefri Nichol dan Amanda Rawles. Dimana formula Jefri-Amanda ini kali ketiganya beradu akting, setelah suskes menyihir penonton belia di film Dear Nathan (2017)- ekranisasi novel Watpadd- dan film Jailangkung (2017). Adapun jumlah penonton Dear Nathan mencapai 700 ribu penonton.

Danur (Risa Saraswati)

     Novel karya Risa Saraswati pertama kali tayang di bioskop pada tahun ini. Danur (2017) berhasil meraih 2.736.391 penonton. Pemeran hantunya dalam film ini yang bikin bergidik, dimana Shareefa Danish berperan sangat pas dengan karakter hantu Asih. Sehingga Asih sendiri memiliki flim spin-off yang rilis setahun kemudian.

Surga Yang Tak Dirindukan 2 (Asma Nadia)

     Ada yang berbeda dari formula Fedi-Laudya peraih Indonesian Movie Actor Award kali ini. Pada Film Surga Yang Tak Dirindukan 2, kehadiran Reza Rahadian menambah selera penonton, untuk mengetahui kelanjutkan kisah dua tokoh utama. Pada prekuelnya, Raline Shah mendapatkan penghargaan bersama Laudya, dimana Laudya menang pemeran utama wanita terpuji dan Raline sebagai pemeran pembantu wanita terpuji versi Festival Film Bandung. Sutradara berbeda, dan Hanung Bramantyo didapuk menjadi dalang filmnya.

2018 – 11 Film

Dilan 1990 (Pidi Baiq)

     Inilah film terlaris sepanjang masa adaptasi novel terbaik Indonesia. Hal ini terbukti dengan meledaknya jumlah penonton, bahkan mencapai enam juta penonton (Dilan 1990) seperti yang disinggung dalam awal tulisan artikel ini. Pidi Baiq dan sang sutradara (Fajar Bustomi) berhasil meramu kisah romantis di setiap adegannya. Kalimat yang populer dari film ini kurang lebih seperti ini, “Jangan rindu. Rindu itu berat. Biar aku saja.”

Eiffel… I’m in Love 2 (Rachmania Arunita)

     Film ini adalah kelanjutan dari dua film sebelumnya, yakni Lost in Love (2008) dan Eiffel I’m in Love (2003). Adit dan Tita kembali diperankan oleh Samuel Rizal dan Shandy Aulia, dimana pada sekuel filmnya yang berjudul beda, sempat diganti oleh Pevita Pearce.

Danur 2 (Risa Saraswati)

     Film Danur 2: Maddah (2018) tak lagi menampilkan hantu Asih, melainkan hantu noni Belanda yang menganggu hidup Risa (Prilly Latuconsina) dan pamannya. Film ekranisasi novel karya Risa Saraswati ini kembali sukses besar, sebagaiman film horor Indonesia yang berkualitas lainnya.  Jumlah penonton mencapai 2.572.871 penonton.

The Perfect Husband (Indah Riyana)

     Novel Watpadd kembali diminati oleh rumah produksi film untuk dialihwahanakan. Adalah Screenplay dan Legacy Film yang tertarik untuk mengangkat novel karangan Indah Riyana ini. Salah satu pemerannya adalah seorang istri dari pemilik rumah produksi Screenplay film itu sendiri.

Ananta (Risa Saraswati)

     Michelle Zudith memerankan tokoh wanita yang bermain tanpa Jefri Nichol dalam film ini. Genre film ini tentu berbeda genre dengan karya Risa yang selalu horor. Kisahnya mengangkat film begenre roman dan seorang perempuan yang asosial.

EL (Luluk)

     Novel Watpadd yang telah dibaca 27 juta pasang mata karya Luluk ini menjelma jadi film. Rumah produksi MVP Pictures menggaet sutradara Findo Purwono untuk menjalin cerita-cerita drama romantis melalui film ini. Namun siswi yang bernama Dafychi ini ternyata memiliki kepribadian ganda.

R; Raja, Ratu, & Rahasia (Wulanfadi)

     Tahun ini, karya Wulanfadi diangkat ke layar lebar lagi. Judul bukunya sama dengan film, R: Raja, Ratu & Rahasia. Novel ini ditulis dan laris dibaca di Watpadd tetapi ketika difilmkan, masih tergolong gagal masuk box office Indonesia.

Serendipity & Dear Nathan: Hello Salma (Erisca Febriani)

     Novel Erisca Febriani dilirik oleh Rumah Produksi Virgo Putra film. Novel kedua Erisca yang berhasil diadaptasi selain Dear Nathan. Tak lama kemudian, Dear Nathan: Hello Salma (2018) rilis, menandakan karangan Erisca ini cukup menarik untuk disinemakan.

Wiro Sableng (Bastian Tito)

     Vino G. Bastian memerankan karakter dalam novel karangan ayahnya (Bastian Tito) sebagai Wiro Sableng. Film Wiro Sableng (2018) adalah film garapan rumah produksi Fox International Productin. Menandakan bahwa film laga ini akan tayang tidak hanya di Indonesia. Bastian Tito adalah penulis Wiro Sableng yang mana sangat popular pada tahun 80’ hingga tahun 90’an. Diangkat ke layar lebar berdasarkan rangkuman seri novel yang ditulis oleh ayah Vino ini. Film ini sukses dengan raihan 1,5 juta penonton.

2019 – 11 Film

Matt & Mou (Wulanfadi)

     Lagi-lagi novel Watpadd karangan Wulanfadi masuk rumah produksi. Menambah daftar karya-karyanya yang layak untuk dinikmati. Film ini berkisah dimulai dari Alvira (Prilly Latuconsina) bertemu cowok yang membantunya menyusup upacara sekolah melalui gerbang samping.

Dilan 1991 (Pidi Baiq)

     Rayuan maut seorang Dilan berulah lagi di layat lebar. Mendatangkan kesuksesan dalam filmnya, hingga meraih 5.253.411 penonton. Karya Pidi Baiq yang dirombak ulang ini memanglah epik pada masanya.

My Stupid Boss 2 (Chaos Work)

     Film paling menyebalkan karya Chaos Work kembali menggeramkan penonton di bioskop. Tokoh bos masih diperankan secara apik oleh Reza Rahadian (Bos) dan Bunga Citra Lestari sebagai sekretarisnya. Meskipun film komedi yang bikin geram kali kedua ini, justru penontonnya kembali membludak. Hingga turun layar, jumlah penonton mencapai 1.876.052 penonton.

Bumi Manusia & Perburuan (Pramoedya Ananta Toer)

     Novel klasik sastrawan kemerdekaan Pramoedya Ananta Toer, diadaptasi dan disuguhkan serentak pada tanggal yang sama. Bumi Manusia (garapan Hanung Bramantyo) dan Perburuan (garapan Richard Oh). Dua film ini ditayangkan serentak demi meningkatkan nasionalisme bangsa Indonesia. Salah satu film yang menembus box office dari keduanya adalah Bumi Manusia (2019) dengan raihan 1.316.583 penonton.

Twivortiare (Ika Natassa)

     Reza Rahadian memang seorang maestro artis multi peran. Dalam film Twivortiare, akting Reza sebagai seorang suami yang tergila-gila dengan pekerjaannya, berhasil menyulut emosi penonton. Untungnya kisah dua sejoli ini berakhir romantis alias happy ending ketika keduanya menikah kali kedua dengan orang yang sama. Salut untuk pengarangnya, Ika Natasha.

Danur 3: Sunyaruri (Risa Saraswati)

     Akhir perjalanan kisah Risa yang diperankan Prilly Latuconsina disajikan secara apik dan mencekam dalam setiap adegannya. Film erkanisasi karangan Risa Saraswati tak pernah sepi penonton. Hingga turun layar, film ini memperoleh 2.416.691 penonton.

Sin (Faradita)

     Novel Watpadd yang dilihat oleh jutaan mata ini diangkat layar lebar oleh Falcon Pircture. Faradita tak ikut menulis ulang skripnya, melainkan ia menjadi produser dalam film ini. Mawar De Jong yang semula memerankan Annalise di film Bumi Manusia, kembali menunjukkan kebolehannya dalam film SIN. Adapun penulis skenario telah dipercayakan kepada Johanna Wattimena.

Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Tere Liye)

     Setelah sekian tahun, karangan Tere Liye kembali diangkat ke layar lebar. Film Rembulan Tenggelam di Wajahmu bergenre drama dan laga, yang menarik untuk ditonton. Menambah daftar film dari novel Tere Liye, yang sebelumnya ada Hafalan Shalat Delisa (2004) dan Moga Bunda Disayang Allah (2013).

Habibie & Ainun: 3 (B.J Habibie)

     Efek CGI dalam film ini memanjakan mata. Menambah peminat untuk menonton film garapan Hanung Bramantyo ini. Film Habibie & Ainun: 3 ini berhasil menghindari sajian klise dalam setiap adegannya. Sehingga penonton tidak bosan dan terbukti dari raihan penontonnya, mencapai 2.245.576 penonton.

Imperfect (Meira Anastasia)

     Film Imperfect (2019) adaptasi novel Meira Anastasia, berhasil menjadi rival Dilan 1991. Film garapan komedian Ernest Prakasa ini dinominasikan sebagai film terbaik Festival Film Bandung tahun 2019. Adalah Reza Rahadian, amat produktif sekali menjadi pemeran utama prianya dimana pada tahun yang sama ia tampil di Habibie & Ainun 3. Jumlah penontonnya mencapai 2.662.356 penonton.

2020 – Tujuh Film

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (Marcella FP)

     Awal Januari 2020 kita disuguhkan drama epik yang bertemakan keluarga. Novel karangan Marcella FP ini tak mengecewakan ketika diangkat ke layar lebar. Novelnya sendiri merupakan novel best seller tahun 2019 sedangkan filmnya meraih urutan kedua terlaris sepanjang tahun, yakni 2.256.908 penonton.

Surat dari Kematian (Adam T Fusama)

    Cerita horor peringkat satu di Watpadd ini memang sangat mengerikan. Max Picture kepincut untuk meminangnya menuju sinema. Film dari novel Adam T Fusama menjadi film pembuka juga di awal 2020, setelah film Nanti Kita Cerita Hari Ini.

Dignitate (Hana Margaretha)

    Seperti judul filmnya dignitate alias kehormatan, mengusung isu gengsi dan kehormatan diri sendir maupun keluarga. Film ini juga tayang di bulan Januari bersama dua film ekranisasi yang sempat diulas sebelumnya. Pemeran utamanya ada Al Ghozali (sebagai Alfi) dan Caitlin Halderman (Alana), sedangkan sutradaranya adala Fajar Nugros.

Pemburu di Manchester Biru (Hanif Thamrin)

     Film yang diangkat dari novel Hanif Thamrin ini mengusung kisah yang sama dengan novelnya. Tentang petualangan seorang warga Indonesia dan perjuangannya kuliah serta bekerja di Manchester City. Pemeran utamanya adalah artis kawakan Adipati Dolken.

Milea: Suara dari Dilan (Pidi Baiq)

     Pada tahun ini, adaptasi novel karya Pidi Baiq kembali merajai box office Indonesia. Hampir setiap tayang, rasanya peminat tak bisa ditumbangkan film lain. Kali ini merupakan versi berbeda dari kedua film pendahulunya, yang mana sudut pandang beralih ke Milea. Jumlah penontonnya adalah 3.157.817 penonton.

Aku Tahu Kapan Kamu Mati (Arumi E)

     Novel horor Watpadd beralih wahana. Mengalahkan si novel nomor satu di Watpadd, film Aku Tahu Kapan Kamu Mati yang tayang bulan Maret 2020 ini meraih box office dengan torehan 567.701 penonton. Pemeran utama dalam film adalah Natasha Wilona dan dipadu komedi si youtuber Ria Ricis.

Mariposa (Luluk)

     Tak seterpuruk Film EL (2018), Mariposa (2020) adaptasi novel karangan Luluk di Watpadd ini berhasil masuk box office. Formula Angga-Zara yang sukses di film Dua Garis Biru (2019) kembali mendulang prestasi dengan raihan 766.429 penonton.

2021 – Tiga Film

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (Eka Kurniawan)

     Film ini dicanangkan bakal tayang di bioskop tahun 2021. Novel karangan Eka Kurniawan berkisah tentang seorang Ajo yang mengalami tragedi impotensi yang jatuh cinta kepada perempuan jago silat yakni si Iteung. Ajo akan diperankan oleh Reza Rahadian, dan film besutan Pilsari Films ini tayang premier di Festival Film Locarno tahun 2021.

Geez & Ann (Rintik Sendu)

     Geez & Ann adalah karya Wattpad populer karya Rintik Sendu. Semula kumpulan cerita daring yang dibukukan lalu kini akan berekranisasi. Dalam versi layar lebar, Geez & Ann menyodorkan kisah percintaan dua sejoli yang belajar arti dari sebuah komitmen.

Balada si Roy (Gola Gong)

     Gola Gong adalah sastrawan dan komikus berbakat dari Indonesia. Salah satu karyanya, seri novel Balada si Roy menjelma menjadi film. Dimana sebelumnya, seri novel tersebut pernah diangkat menjadi sinetron di layar kaca. Balada si Roy pernah fenomenal di era 90’an hingga awal millennium.

Balada Sepasang Kekasih Gila (Han Gagas), Marriage, dan Pesan di Balik Awan    

     Ketiga film ini kompak tayang bersamaan pada tanggal 20 Agustus 2021. Ketiganya merupakan pemenang sayembara novel nasional yang diadakan platform kwikku.com (semacam watpadd) yang mana Balada Sepasang Kekasih Gila juara pertama karangan Han Gagas. Film BSKG ini disutradari oleh Anggi Umbara dimana aktor Deni Sumargo dan Sara Fajira beradu akting sebagai orang gila yang saling mencintai. Marriage sendiri dibintangi oleh Ge Pamungkas dan istrinya, keduanya beradu akting sebagai suami istri dalam layar lebar. Sedangkan Pesan di Balik Awan adalah film drama film asli KlikFilm yang disutradarai oleh Dyan Sunu Prastowo dan diproduksi oleh KlikFilm Productions berkolaborasi dengan Limelight Pictures dan Canary Studios. Film ini dibintangi oleh Hanggini Purinda Retto dan Refal Hady.

#lombampotimes

#lombamenulis

#mpotimes

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow