Shandy PRD: Perjalanan Bisnis & Motivasi Etos Kerja

Shandy PRD ialah pria kelahiran 22 Februari 1994. Di usianya yang baru menginjak 27 tahun, kini Shandy dipandang sebagai seorang pengusaha muda yang konsisten

Jan 11, 2023 - 23:33
 0  201
Shandy PRD: Perjalanan Bisnis & Motivasi Etos Kerja
Shandy PRD, Perjalanan Bisnis & Motivasi Etos Kerja

Shandy PRD ialah pria kelahiran 22 Februari 1994. Di usianya yang baru menginjak 27 tahun, kini Shandy dipandang sebagai seorang pengusaha muda yang konsisten dan berkembang pesat. Shandy tumbuh sebagai remaja yang gigih dalam mempelajari bisnis, sambil terus mematangkan passion di industri kreatif, termasuk berprestasi di berbagai skena vapor (rokok elektrik).

“Orang tua saya dari dulu mengajarkan, bahwa jika sudah punya cinta di suatu bidang, buktikanlah dengan sikap gigih dan terus konsisten. Buktikan, bahwa itu memang sebuah cinta, bukan hanya perasaan sesaat”, ujar Shandy mengenai nasihat yang menjadi pegangan hidupnya.

Perjalanan Shandy Pradana dimulai saat ia terjun ke dunia vapor di usia 20 tahun (2014 silam). Shandy meraih segudang prestasi di ranah ini. Ia terlibat di berbagai kompetisi vapor, hingga berkali-kali menjuarai kompetisi cloud-chasing (salah satu kategori dalam kompetisi vapor).

Prestasi ini sukses melambungkan namanya di skena vapor. Para juri kompetisi menjuluki Shandy dengan nama “Shandy Paus” – sebab Shandy punya nafas yang kuat dan panjang – modal utamanya dalam menjuarai kompetisi cloud-chasing. Julukan ini melekat pada dirinya hingga saat ini, khususnya di skena vapor.

Dalam kurun satu tahun saja, pada 2015 Shandy segera menjelma menjadi seorang influencer yang dekat dengan kalangan muda. Berkat reputasinya yang terus meningkat serta kepribadiannya yang ramah dan rendah hati, skala pergaulan Shandy pun terus meluas. 

Memasuki tahun 2016, besarnya kecintaan Shandy terhadap musik membuat dirinya tertarik menjadi seorang disc-jockey (DJ). Selama bertahuntahun, Shandy kerap tampil di beberapa tempat ternama di Jakarta. Profesi ini didasari rasa sukanya terhadap musik berjenis EDM (electronic-dance music) sejak kecil.

Meskipun kiprahnya sebagai DJ terhenti akibat pandemi, belakangan ini baru Shandy justru semakin menyadari karakteristik musik EDM yang bisa diterima banyak kalangan pendengar, punya energi yang asyik, dan cocok dinikmati di bermacam-macam situasi. Sifat peka terhadap segmentasi inilah, yang kelak membuat Shandy tumbuh sebagai pengusaha visioner dengan banyak fresh idea.

Seiring pengalaman dan pergaulannya yang terus meluas, sekitar tahun 2015, Shandy akhirnya bertemu Budiyanto (pendiri JVS Group). Keduanya punya kesamaan passion dan latar belakang, sehingga tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menjadi kolega bisnis.

Shandy yang saat itu menginjak usia 21 tahun, segera menemukan passion untuk masa depannya. Di titik ini, ‘metamorfosis’ seorang Shandy akhirnya berlanjut ke dunia bisnis, dengan meluncurkan merk-merk dagang yang ia miliki dan kelola sendiri. “Saya akhirnya menemukan passion yang besar terhadap bisnis. Zaman berkembang, teknologi berkembang, budaya pop juga ikut berkembang. Dari sini, saya terus menemukan banyak ide-ide baru”, beber Shandy saat ditemui di kantor JVS Group, Kebayoran Lama.

Bagi Shandy PRD, berbisnis di Jakarta selalu menantang. Menjadi pengusaha di usia muda, memerlukan kekuatan mental dan pendirian yang kuat. “Satu hal yang selalu jadi prinsip saya dalam menjadi pengusaha, yaitu jangan patah semangat karena perkataan dari orang lain. Kalau omongan orang lain saja sudah bisa mematahkan semangat kita, berarti kita pun sudah merendahkan kekuatan diri kita sendiri”, pungkasnya.

Tantangan lain yang Shandy rasakan, adalah keterampilan dalam membaca peluang usaha, lalu memastikan kualitas konsep dari bisnis yang akan digeluti. “Saat ini Jakarta memang tampak padat. Seakan-akan sudah penuh. Tapi sebetulnya, di sini masih banyak celah bisnis yang menarik. Bagi saya Jakarta tetap punya peluang bisnis yang potensial”, ujar Shandy.

Tak heran bila sosok Shandy bisa berpandangan demikian. Sebab pria murah senyum ini memang mengagumi sosok Bill Gates dan Jack Ma, sebagai patron pengusaha yang ia idolakan.“Jack Ma dengan Alibaba Group miliknya, dan Bill Gates dengan Microsoft Corporation miliknya, mengajari saya, bahwa menaklukkan zona ‘keras’ itu bukan hal mustahil. Alibaba dan Microsoft, berhasil tumbuh di negara yang lebih besar dari Indonesia, Jack Ma dan Bil Gates pun, berhasil tumbuh di kota yang lebih keras dari Jakarta.

Mereka berdua berhasil menghadapi semua itu. Saya belajar dari mereka, dan saya ingin unit usaha yang saya kelola sekarang, kelak punya konsep bisnis dan etos kerja sebaik mereka,” tutupnya. Kalimat barusan Shandy coba praktekkan dengan menjalankan lini bisnis terbarunya, ICONIC Entertainment – produsen konten kreatif yang mengedepankan daya tarik kemasan, kekuatan konsep, dan kualitas edutainmen (hiburan-edukasi) yang Shandy harap karya-karyanya bisa dinikmati masyarakat luas.

Dari pencapaian saat ini, Shandy semakin tidak berpikiran untuk menyerah sebagai pengusaha di Jakarta. Meski pandemi masih menyerang, banyak bisnis berguguran, Shandy masih yakin bahwa Jakarta tetaplah ‘rumah’-nya – bahkan ‘rumah’ bagi banyak orang dari luar Jakarta.

“Namanya bisnis, pasti ada fase naik-turunnya. Kondisi itu pasti berat, bahkan menakutkan. Namun saya pribadi menghadapi itu semua dengan happy. Kita harus berusaha bahagia. Malah terkadang, berusaha untuk bahagia bisa jadi harus diperjuangkan lebih awal, sebelum berusaha dalam bisnis dan pekerjaan”, ujar Shandy dengan positif.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

ulin nuha Kalau Anda Bisa Kenapa Mesti Saya